Kamis, 21 September 2017

Nahkoda Cintaku

"Karena engkaulah yang akan menjadi nahkoda dalam mengarungi samudera cinta kita. Untuk itu, aku ingin tetap bersamamu melewati riak-riak air.  Menerjang gelombang yang maha dahsyat,  yang kadangkala bikin perahu layar kita menjadi oleng. Badai pasti akan berlalu. Ombak pasti akan tercerai berai.  Selama layar sakinah tetap terkembang pada perahu layar kita."

Untuk nahkoda cintamu. Pilihlah seorang yang sholeh. Karena laki-laki yang sholeh,  jika ia tidak menyukaimu, ia tidak akan menyakitimu dan ia akan memuliakanmu bak seorang ratu.

Untuk pilihan nahkoda cintamu. Selalu sertakan Allah. Libatkan Allah di setiap desahan nafasmu. Selama engkau masih melibatkan Allah, Dia pasti akan memilihkan laki-laki yang baik untukmu. Kalau menurut Allah saja dia laki-laki yang baik. Apalagi menurut pandangan manusia?

Untuk nahkoda cintamu. Pilihlah yang tahu navigasi jalan. Agar ia segera memutar haluan begitu terlihat karang yang bisa menghantam perahumu.

Bagi yang belum menemukan nahkoda cintamu.   Peluk ia lewat doamu. Bisikan namanya dalam setiap doamu. Kalau dia baik untukmu, pasti Dia yang akan mendekatkannya padamu. Kalau dia tidak baik untukmu, pasti kau akan menjauhinya dengan ringan.

Selamat beristirahat. Selamat melabuh cinta hanya pada-Nya.

#catatanbundatanti2016

Selasa, 18 Desember 2012

Bukan Emak-Emak Biasa

Rasa menyesal mulai mendera di hati. Kenapa tidak dari dulu saja, saya resign dari tempat saya bekerja. Ternyata, baru saja saya temukan arti kebahagiaan dan ketenangan dalam hidup ini.  Anak-anak dan rumah. Dua kata kunci kebahagiaan yang saya cari selama ini.  Yah, sekarang saya merasa bahagia bersama anak-anak di rumah.

Banyak yang sangsi atas keputusan saya. Kata mereka, “Orang yang sudah terbiasa bekerja di luar rumah, pasti merasa jenuh jika hanya menjadi ibu rumah tangga”. Masa iya sih? Nyatanya, setelah menjadi ibu rumah tangga full time, saya justru menikmati peran baru saya ini. Mungkin belum, kata mereka lagi. Tapi, bukankah kejenuhan bisa menggerayangi siapa saja. Mau yang bertitel sebagai ibu rumah tangga ataupun yang bekerja di kantoran.

Flash back dengan pekerjaan saya yang dulu. Ketika masih bekerja. Energi, waktu, dan pikiran, rasanya terkuras sampai habis. Bahkan, sampai tidak ada ampas-ampasnya lagi deh. (halaah…lebay.com). Sampai di rumah, rasanya tulang terasa remuk redam, otak ngebul, dan tenaga tinggal sisa-sisanya buat anak dan suami. Kalau lelahnya sudah di ubun-ubun, langsung tiarap di tempat tidur. “Blasss”. Bablas sambil merajut mimpi-mimpi.  Ya ampun, emang kau kerja apa sih sampai segitunya.  Kerja rodikah?

Sebenarnya, menjadi ibu rumah tangga adalah impian saya sejak masih kecil. Walaah… kesannya ‘ketu’ banget yah. Sejak menyandang gelar sebagai seorang ibu dari seorang anak yang baru brojol ke dunia ini, saya bertekad untuk mendidik dan membesarkannya sendiri. Tanpa embel-embel pakai pengasuh. Ternyata, apa yang diimpikan saya buyar.  Ibu inginnya, saya boleh berhenti kerja, asal sudah punya rumah, punya mobil, dan punya usaha sendiri. Waduh, berat nian persyaratannya bu! Saya mengajukan somasi kepada ibu. Akhirnya dibuatlah nota kesepakatan.  Ibu punya satu syarat yang harus saya penuhi. Punya rumah dan tidak mengontrak lagi, baru boleh berhenti kerja.  Alhamdulillah dari pundi-pundi emas yang dikumpulkan, berdirilah sebuah istana yang megah nan indah. (“Huks…huks…” jadi batuk. Padahal mah,  rumah serba minimalis, hehehe..)

Kesepakatan telah terpenuhi. Tanpa banyak pertimbangan lagi.  Akhirnya, You and Me, End!

Menjadi ibu rumah tangga full time dan tidak ada asisten rumah tangga? Mantap! Ternyata tidak mudah seperti yang dibayangkan. Mengurus tetek bengek pekerjaan rumah, mengasuh anak, mengurusi keperluan anak dan suami, dan segala perintilan yang tidak bisa disebutkan satu persatu, sungguh luaar binasa. Ups!

Itulah, kenapa wanita begitu mudahnya masuk surga. Cukup dengan berjihad di rumah dan mengerjakan perintahNya serta menjauhi laranganNya. Mudah kan?

Setiap tetes keringatnya akan menjadi pemberat bagi timbangan amal perbuatannya. Bagi wanita yang berhasil mencetak anak-anaknya menjadi sholeh dan sholehah, menjadi hafidz dan hafidzah, menjadi mujahid dan mujahidah, Insya Allah surga menanti.

Menjadi emak-emak di rumah. Terkesan, dengan penampilan lusuh, kucel, dan baju daster yang dekil. Kalau udah jadi emak-emak, kesannya sudah tidak sempat lagi memoles wajahnya dengan dempulan bedak. Wajahnya jadi lebih banyak terpapar dengan perona asap masakan. Parfum tubuhnya, beraroma bumbu masakan dan bau pesing dari si kecil. Pengetahuannya hanya seputar dapur, sumur dan kasur alias oon bin telmi atau kuper. “Oh… tidaaaak!”

Buat emak-emak level atas. Kesannya, sibuk-sibuk tidak jelas. Ikut arisan di sana, arisan di sini, sekedar buat rumpi-rumpi. Atau kerjaannya hanya shopping dan menghambur-hamburkan uang suami. Yang ini bukan saya banget. Hiks..hiks.

Kita buat paradigma baru. Emak-emak itu. Penampilannya keren, bajunya rapi, aroma badannya wangi, dan wajahnya kinclong. Itu baru penampilan yang oke buat emak-emak jaman sekarang. Buktikan juga kalau emak-emak itu, tidak sekedar hobi belanja dan menghambur-hamburkan uang suami. Tapi, bisa mencari ladang penghasilan buat keluarganya. Dan yang tidak kalah pentingnya.  Kutukan yang sudah melekat pada kaum hawa dari jaman ke jaman. Bahwa yang namanya emak-emak itu, senangnya gosipin orang. Kutukan itu harus dibumi hanguskan dalam diri emak-emak sekalian (Ehmmm… berasa jadi ustadzah deh). 

Buat emak-emak yang menjadi penghuni setia di rumah alias senangnya “ngendon” di rumah. Bukan berarti dia jadi “Si kuper”.  Dengan banyaknya social media dan terbuka lebarnya akses informasi di dunia maya, emak-emak bisa menjaring pertemanan sebanyak-banyaknya. Jadi, sekarang bukan emak-emak yang kuper lagi dong. "Horee…!"

Atau bisa juga mengais ilmu yang bertebaran, lewat group-group di jejaring sosial ataupun diskusi-diskusi lewat milis. Buat yang suka bisnis, dengan adanya internet, semua bisa jadi duit.  Duduk manis di rumah, duit mengalir bagaikan anak sungai,  dan pendidikan anak tetap terpantau oleh kita. Itulah para emak-emak hebat, emak-emak juara, dan emak-emak yang produktif. “Prok!….prok!….prok!” Kasih applause buat emak-emak yang hebat. Kalau saya? Huhuhu….Masih jauuuh, perjalanannya.

Banyak teman-teman saya di dunia maya, yang berhasil menjadi “seorang emak”. Mereka adalah keluarga-keluarga yang harmonis. Sukses mendidik anak, sukses menjalani bisnis, hobi dan skill  tersalurkan hingga menghasilkan uang, melebihi gaji seorang pegawai kantoran.  Kenapa saya katakan mereka berhasil menjadi “seorang emak?” Karena bagi saya, emak yang sukses tatkala ia bisa mengantarkan anak-anaknya menjadi pribadi yang sholeh, berkarakter, dan berakhlakul karimah.  Dan, saya selalu pasang badan buat mendekati emak-emak model ini, biar saya tertular seperti mereka, gitu loh!

Bagaimana?  Ingin jadi emak-emak yang biasa aja, atau jadi emak-emak yang luar biasa?

Minggu, 09 Desember 2012

Istriku, Kau Wanita yang Sangat Memesona!

Sewaktu saya masih SMP,  sekitar tahun 90-an,  ada satu buku yang sangat menarik perhatian saya.  Buku yang berjudul “Pribadi yang mem(p)esona” karangan La Rose ini,  sudah berkali-kali saya khatamkan, namun saya tidak pernah bosan.  Sekarang, buku itu raib entah ke mana. Terakhir saya membacanya,  beberapa lembaran sudah banyak yang terlepas dan kertasnya pun sudah mulai menguning.




Sedikit saya ulas, mengenai judul buku itu. “Pribadi yang mem(p)esona”, pada huruf P saya beri tanda kurung, sebab menurut kaidah penulisan Bahasa Indonesia yang benar adalah “memesona”, sama seperti huruf P yang luruh pada kata “memukul”, “mematung”, dan “memikirkan”. Hanya saja kata “memesona” masih kurang familiar dibaca atau didengar, dibanding kata “mempesona”.

Menurut saya, buku itu sangat bagus untuk dinikmati oleh para wanita yang ingin dicintai oleh pasangannya (Suami).  La Rose menulisnya dengan bahasa yang ringan sehingga pembaca tidak bosan untuk membacanya.


Ini salah satu cuplikan yang bikin saya terpesona:


Sesungguhnya setiap orang adalah pribadi yang memesona. Setiap orang punya pesona dalam dirinya sendiri. Pesonanya adalah cahaya mutiara kepribadiannya. Akan tetapi, banyak orang tak sadar akan pesona pribadinya yang tak memancar.


Seperti mutiara, ia terpendam dalam lumpur kehidupan yang bernama kesibukan sehari-hari, ketidakpeduliannya pada lingkungan, pada kekasihnya, juga pada dirinya sendiri.

Atau seperti mutiara, ia lupa mengasah dirinya, hingga pesonanya tak sempat memancar. Atau hanya pudar.


Seperti apa pribadi wanita yang memesona? Apakah ia harus cantik atau seksi?


Orang yang memiliki pribadi memesona adalah orang yang hidupnya bahagia.  Jadi, untuk memiliki pribadi yang memesona orang harus lebih dahulu merasa bahagia. Kebahagiaan akan tercermin pada pribadi yang memancarkan pesona.


Kebanyakan pria terpesona pada sinar mata, senyum yang memberi kesejukan hati dan gerak gerik yang menggetarkan jiwa, bukan pada busana yang dipakai. Umumnya pria memuja perilaku yang lembut, pribadi manis dan penuh kegembiraan dan kemampuan wanita untuk memahaminya.


Pria memebutuhkan teman hidup bukan robot.  Pribahasa Cina mengatakan bahwa wanita yang memesona adalah wanita yang penuh kedewasaan namun memiliki sifat kekanak-kanakan. Wanita dewasa memiliki sikap tenang, dapat menguasai diri, sabar, tulus, berbudi luhur, penuh pengertian, dapat memberi simpati, dan pandai mengelola rumah tangganya. Bersifat kekanak-kanakan, ia seperti anak-anak tidak berdaya yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada suami. Selalu lembut, gembira dan lucu.


Ada satu bab yang sangat berkesan sekali untuk saya. Bab itu menceritakan tentang seorang  suami yang meninggalkan istrinya yang cantik, bertubuh langsing, pintar, dan mandiri. Boleh dikatakan “She is a perfect women”. Tapi, sang suami masih saja tergoda dengan wanita lain. Bahkan wanita pilihannya tidak lebih baik dari pada istrinya. Wanita tersebut usianya lebih tua, lebih jelek,  dan bertubuh tambun. 


Sepertinya,  mirip dengan cerita Lady Diana dan Pangeran Charles ya? Dua sejoli ini, boleh dikatakan sebagai pasangan yang sangat serasi dan dielu-elukan oleh masyarakat dunia.  Kita pun sudah tahu, ending pernikahan dari sang putri  yang terkenal dengan kelembutan hatinya, cantik, pintar,  dan  penuh pesona itu. 


Kandasnya pernikahan antara Putri Lady Diana dan Pangeran Charles disebabkan oleh perselingkuhan antara Pangeran Charles dengan Camilla.   Jika Camilla disandingkan dengan Lady Diana, bak bumi dengan langit. Lady Diana jauh lebih cantik daripada  Camilla tapi, Camilla telah berhasil merebut dan mengisi relung hati Pangeran Charles. Meskipun, pernikahan mereka tidak mendapat restu dari  Ratu Elizabeth. Toh, pernikahan mereka masih langeng sampai sekarang. Wow, Camilla wanita yang memesona bagi Pangeran Charles!


Dari buku La Rose saya bisa tarik kesimpulan. Seorang istri yang memesona suaminya karena hal berikut ini :

1.    Dia selalu menampakkan rasa kebahagiaan untuk orang-orang di sekitarnya.
2.    Memiliki kepribadian yang lembut, penuh kasih sayang , dan selalu tersenyum.
3.    Menjadikan suaminya sebagai pujaan hatinya.
4.    Menjadi wanita yang mandiri, namun tetap selalu merasa butuh pertolongan kaum adam.
5.    Menjadi wanita yang dewasa, namun tidak meninggalkan sikap kekanak-kanakan. 
6.    Pandai mengurus dan mengelola rumah tangga dan anak-anaknya.
7.    Jangan merendahkan suami, apalagi di hadapan orang lain.
8.    Suami sangat senang dengan pujian dari istrinya.

Sepertinya masih banyak yang bisa diambil dari buku La Rose ini. Tapi, saya hanya mampu mengingat sedikit saja, dari buku yang + dupuluh tahun yang lalu saya baca.

Sabtu, 08 Desember 2012

Kompetisi Menulis Nusantara



Kemenparekraf bekerjasama dengan NulisBuku.com & Plot Point mengadakan kompetisi menulis Tulis Nusantara 2012 - dengan tema: Menangkap ragam cerita hidup di Indonesia, serta workshop Menulis di 12 Kota di Indonesia.
Kategori penulisan:

    Fiksi Cerpen
    Fiksi Puisi
    Non-Fiksi

Hadiah

Fiksi Cerpen. Juara I: Rp 20.000.000, Juara II: Rp 15.000.000, Juara III: Rp 10.000.000.
Fiksi Puisi. Juara I: Rp 10.000.000, Juara II: Rp 7.500.000, Juara III: Rp 5.000.000.
Non-Fiksi. Juara I: Rp 20.000.000, Juara II: Rp 15.000.000, Juara III: Rp 10.000.000.

3 buku kumpulan fiksi dan non-fiksi hasil kompetisi Tulis Nusantara 2012 akan diterbitkan secara major!

Cara berpartisipasi

Menulis sesuai tema 'Menangkap Ragam Cerita Hidup di Indonesia' dalam bentuk puisi, cerpen (Fiksi) maupun cerita nyata (Non-Fiksi) yang memotivasi pembaca untuk mengetahui lebih banyak tentang keragaman di Indonesia dan mempromosikan baik ke dalam maupun luar negeri.
  
 Untuk cerpen (fiksi) dan cerita nyata (Non-Fiksi), panjang tulisan 5-9 halaman A4 dengan 1,5 spasi,  Font Times New Roman, ukuran 12 pt.

Kirimkan naskah beserta data diri (berupa attach files, bukan di body e-mail): Nama, Alamat, No. handphone, No. KTP, Twitter account (Jika ada), Alamat facebook (Jika ada), ke alamat email: tulisnusantara@gmail.com dengan format subject email: [Kategori] - [Judul tulisan]. Contoh: Non-Fiksi - "Cerita dari Banyuwangi"
   
 Follow & mention akun Twitter @tulisnusantara untuk mempromosikan tulisan yang telah dikirim dengan hashtag #TulisNusantara
   
Periode lomba: mulai dari 17 November 2012 hingga 15 Desember 2012, naskah diterima paling lambat jam 23:59 WIB pada tanggal 15 Desember 2012.
Untuk mengikuti kompetisi ini tidak dipungut biaya, GRATIS!
Pengumuman pemenang & penyerahan hadiah akan dilakukan pada tanggal 22 Desember 2012 (Awarding Night).


Syarat Umum :

  • Peserta adalah warga negara Indonesia
  • Usia peserta dibatasi minimal 17 tahun ke atas sesuai dengan identitas di Kartu Tanda Penduduk (KTP)
  • Naskah ditulis dengan bahasa Indonesia
  • Naskah harus karya asli (sebagian atau seluruhnya), juga bukan terjemahan atau saduran
  • Naskah belum pernah dipublikasikan di media cetak, elektronik dan online dan tidak sedang diikutsertakan sayembara lain.
  • Peserta diperbolehkan mengirimkan maksimal 1 naskah terbaiknya untuk setiap kategori.
  • Naskah yang dikirim menjadi milik panitia penyelenggara, dengan hak cipta tetap pada penulis.
  • Hak untuk mempublikasi tulisan ada di penyelenggara kompetisi.
  • Naskah yang tidak sesuai dengan persyaratan tidak akan disertakan dalam proses penjurian.
  • Dewan juri akan memilih 10 naskah terbaik (Juara I, II, III dan 7 nomine) yang akan dibukukan dalam buku antologi pemenang.
  • Penyelenggara kompetisi berhak mengganti judul dan menyunting, tanpa mengubah isi
  • Keputusan juri mengikat, tidak dapat diganggu gugat, dan tidak ada surat menyurat 

Lomba Nulis Novel Populer Bentang Pustaka "Wanita dalam Cerita"


Lomba Menulis Novel Populer Bentang Pustaka
"Wanita dalam Cerita"

Novel Populer adalah novel dewasa muda yang menceritakan kehidupan kaum dewasa muda dengan berbagai dinamikanya; cinta, keluarga, karir, persahabatan, dan sebagainya.

Ketentuan:

  • Lomba terbuka bagi warga negara Indonesia berusia 18 tahun ke atas.
  • Tema naskah: Wanita dalam cerita. Tidak diperbolehkan mengandung SARA dan pornografi.
  • Naskah merupakan karya asli dan bukan terjemahan atau saduran.
  • Naskah boleh ditulis oleh maksimal 2 orang.
  • Naskah belum pernah dipublikasikan di media cetak atau elektronik, serta tidak sedang    diikutsertakan di lomba lain.
  • Panjang naskah 150-250 halaman A4, diketik dengan font Times New Roman, 12 pt, spasi 1,5, margin 4, 4, 3, 3. Ditulis dalam Bahasa Indonesia yang baik.
  • Satu peserta boleh mengirimkan maksimal 2 naskah
Kirim naskah disertai:
  • Biodata lengkap (nama, alamat, no hp, email)
  • Fotokopi kartu identitas
  • Profil singkat penulis
  • Keunggulan naskah
  • Sinopsis
   
Naskah dikirim ke:

melalui email
bentang.populer@gmail.com

atau ke:
Redaksi Bentang Populer
Jl. Kalimantan G-9A
Sinduadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta


Jangan lupa cantumkan "Lomba Novel" di pojok kiri atas amplop atau di subjek email.
Naskah dikirimkan mulai tanggal 5 November 2012-2Februari 2013.


Hadiah

    Juara 1: Uang tunai Rp.6.000.000 + kontrak penerbitan + paket buku sebesar Rp.700.000
    Juara 2: Uang tunai Rp.4.000.000 + kontrak penerbitan + paket buku sebesar Rp.500.000
    Juara 3: Uang tunai Rp.2.000.000 + kontrak penerbitan + paket buku sebesar Rp.300.000
    5 Pemenang berbakat: kontrak penerbitan + paket buku @Rp.200.000


PENTING!

    Pemenang akan diumumkan melalui facebook, twitter, dan blog
    Peserta lomba tidak dipungut biaya apapun.

sumber : http://pustakabentang.blogspot.com/2012/11/lomba-nulis-novel-populer-bentang.html

Minggu, 02 Desember 2012

I Love To Read

Iqro! Bacalah! 

Begitulah salah satu ayat pertama yang diturunkan oleh Allah.  Makna dari ayat tersebut, kita harus senantiasa membaca dalam kehidupan sehari-hari.  Buku adalah jendela informasi yang akan membuka cakrawala pengetahuan yang luas bagi si pembaca.  Buku akan memberikan kearifan dalam berpikir. Kebijaksanaan dalam bertindak.  Kedewasaan dalam berperilaku serta Kehati-hatian dalam keputusan.

Untuk saat ini buku sangat berlimpah ruah di pasaran. Mau model dan isi apapun pasti ada.  Untuk buku anak-anak, sudah banyak yang dikemas dengan sangat menarik.  Mulai dari cover, lay out, gambar, dan warna-warna yang langsung menarik perhatian anak. 

Ada buku anak yang bisa dibuka-tutup atau bisa ditarik-tarik, dikenal dengan buku “Pop-up”. Kalau dari bahan, ada yang terbuat dari kertas yang tebal sehingga  tidak mudah robek jika dibacakan untuk anak balita.  Bahkan ada yang terbuat dari kain yang dikhususkan untuk bayi. Dari segi isi cerita, banyak buku-buku yang dapat menunjang kecerdasan IQ, EQ, dan SQ anak.  Intinya, banyak peluang untuk orang tua, untuk mendekatkan anaknya dengan buku dan menjadikan buku sebagai sahabat mereka.

Kecintaan kepada buku diciptakan oleh lingkungannya.  Orang tua yang senang membaca, anak-anaknya pun jadi senang membaca. Orang tua yang senangnya belanja atau pergi ke mall-mall, anaknya pun jadi hobi belanja dan pergi ke mall. Pilih yang mana? Membuat anak menjadi pintar atau menjadikan anak menjadi konsumerisme?

Suatu ketika anak saya yang masih berumur 3 tahun diajak tantenya ke mall.  Saya dan suami tidak ikut. Sementara  kakak-kakak sepupunya memilih dibelikan sepatu roda, anak saya justru minta dibelikan buku.  Sampai sekarang buku itu masih suka dibacanya hingga ke adiknya. Sementara, sepatu roda hanya beberapa kali saja dimainkan. Setelah bosan dimainkan, sepatu roda itu kini hanya tergeletak begitu saja.

Ketika anak saya memilih buku dan tidak memilih barang lain, mungkin baginya buku lebih menarik perhatiannya dibandingkan dengan barang-barang lainnya. Apakah ini hanya kebetulan saja? Saya pikir, ini tidak serta merta, pasti ada sebab dan akibat. 
Saya ingin berbagi  pengalaman bagaimana menjadikan buku sebagai sahabat anak saya. Bukan. Bukan berarti saya merasa  sudah berhasil dan berpuas diri. Jauhlah api dari panggang.  Saya hanya sekedar berusaha dan terus berusaha agar anak-anak kami dekat dengan buku dan menjadikan buku sebagai sahabat mereka.


How? 
  • Selama masa kehamilan, saya sering baca buku dengan bersuara.  Apapun yang saya baca, suara  saya keraskan. 
  • Intensitas membaca qur’an lebih diperbanyak lagi. Saya yakin dengan membaca qur’an akan memberikan kenyamanan untuk janin saya. 
  • Saya berusaha menyediakan waktu untuk membacakan buku untuk anak saya. 
  • Membuat perpustakaan mini di rumah atau meminjam buku anak-anak. 
  • Mempunyai waktu khusus untuk kegiatan membaca di keluarga kami.

Mudah-mudahan dapat bermanfaat. Menebar kebaikan dengan berbagi ilmu dan pengalaman.

Bookaholic

 Suatu ketika ada orang tua murid saya cerita.  Anaknya yang masih TK menghadiahkan sebuah komik buatannya sendiri untuk gurunya. 

Kakaknya yang bernama Hani adalah murid saya,  seorang  “Bookaholic”.  Yup, bisa dibilang begitu.  Dia sudah kecanduan sama buku.  Dalam keadaan apapun, di mana pun, dan kapan pun selalu ada buku di tangannya.  Di saat waktu istirahat, Hani lebih asyik membaca buku  dibandingkan bermain dengan teman-temannya.  Saat pekerjaannya selesai, dia selalu minta ijin kepada saya untuk mengambil buku yang ada di perpustakaan kelas.  Katanya, dia suka buku karena koleksi buku-buku di rumahnya sangat banyak.  Tidak heran bagi saya. Kalau ia menjadi seorang  maniak dengan buku.

Kembali pada anak yang menghadiahkan komik pada gurunya.  Anak itu adalah adiknya Hani.  Menurut saya, kebiasaan Hani pasti tidak berbeda jauh dengan adiknya.  Saat adiknya kelas 6 SD. Saya mendapati sebuah novel  yang dikarang oleh adiknya Hani. Novel dengan imajinasi tingkat tinggi. Subhanallah! Kebiasaan membaca mereka telah menelurkan sebuah tulisan yang sangat kreatif.

Lain lagi cerita tentang Dyah. Ia hidup di era belum  tersedianya buku-buku  yang menarik.  Jaman dulu, buku tidak semenarik seperti  sekarang ini.  Buku-buku terbitan Balai Pustaka hanya berisi tulisan tanpa gambar. Tapi, dia begitu mencintai buku.  Untung  guru SD-nya memahami minat baca Dyah. Setiap kunjungan ke perpustakaan sekolah.  Dyah diperbolehkan meminjam 6 buku.   Pohon belimbing  di rumahnya adalah tempat favorit Dyah untuk membaca. Sambil duduk di dahan pohon belimbing yang berayun-ayun. Disertai oleh angin sepoi-sepoi yang menerpa wajahnya, Dyah sangat menikmati buku pinjaman dari perpustakaan sekolah.  Jika pohon belimbing sedang berbuah. Sambil baca,   Dyah memetik buah belimbing dan memakannya. Amboi!  Nikmatnya membaca sambil makan buah belimbing dengan ditemani oleh angin-angin nan sejuk.

Dyah tidak seberuntung Hani.  Hani difasilitasi oleh orang tuanya dengan perpustakaan di rumah. Sedangkan Dyah, ia harus mencari  tempat-tempat peminjaman buku.  Seringkali ia harus merogoh kantungnya sendiri  demi mendapatkan pinjaman buku.  Buku apapun di baca. Mulai dari komik Petruk-Gareng , komik Tin-tin, Komik Nina, sampai majalah-majalah dewasa milik ibunya.  Guru SD-nya seringkali memuat tulisan-tulisannya di mading sekolah dan menyertakannya dalam lomba-lomba mengarang.  Begitulah!  Dengan membaca, selalu ada inspirasi yang bisa ditulis olehnya.

Begitu saya pulang dari mengajar.  Anak saya (waktu itu umurnya 2,5 tahun) akan langsung membongkar isi tas.  Dia tahu hari di mana saya meminjam buku dari perpustakaan sekolah.  Sekolah tempat saya mengajar,  kebetulan memiliki  jam kunjungan ke perpustakaan.  Sambil menemani murid-murid berkunjung ke perpustakaan.  Saya gunakan kesempatan itu, untuk membaca dan meminjam buku untuk saya dan anak saya.

“Hari ini, cukup dua saja ya baca bukunya.”
“Jangan bunda, 3 deh… 4 deh… eh 5 deh… dan seterusnya.”
Selalu ada tawar menawar setiap dibacakan buku.  Meskipun merasa lelah setelah seharian bekerja.  Tapi, Saya usahakan untuk membacakan buku untuk anak saya yang pertama.  Tapi begitulah.  Sebelum memulai sudah ribut dengan kesepakatan jumlah buku yang  dibaca.

Ternyata adiknya yang saat ini berumur 2 tahun, tidak jauh berbeda dengan kakaknya.
Pagi-pagi adalah waktu membacakan buku untuk Si Adik.  Satu buku sudah dibaca. Dia mengambil  buku cerita lagi dari perpustakaan mini rumah kami. Dua buku sudah tamat. Dia ambil lagi. Tiga buku sudah rampung. Dia ambil lagi. 4 buku, 5 buku hingga akhirnya 8 buku yang sudah diambil oleh si kecil yang harus saya bacakan untuknya.  Hah! Akhirnya buku-buku selesai saya bacakan.  Akhirnya saya harus kasih pengertian padanya, kalau bunda masih banyak kerjaan rumah. Si kecil manggut-manggut tanda